Selamat Datang

Selamat datang kepada kawan-kawan yang telah berkenan berkunjung. Blog ini bercerita tentang usaha saya untuk belajar meneliti. Bila kawan-kawan juga baru mulai belajar meneliti, silahkan jelajahi blog ini. Tetapi bila telah berpengalaman, blog ini bukan untuk Anda. Karena saya baru belajar meneliti maka tulisan-tuilisan akan terus menerus saya revisi, seiring dengan pustaka yang saya peroleh dan masukan dari kawan-kawan. Karena itu, silahkan sampaikan komentar pada bagian bawah setiap tulisan dan kunjungi lagi lain kali, untuk membaca tulisan revisi paling mutakhir.

Sabtu, 23 November 2013

7. Apa Itu Data, Bagaimana Mengkategorikannya, serta Apa Itu Taraf dan Skala Pengukuran?

Print Friendly and PDF Pada tulisan-tulisan sebelumnya saya berkali-kali telah menyebutkan data. Saya kira kawan-kawan juga begitu, dengan mudah menulis kata 'data' pada saat menulis, bahkan tidak jarang menuliskannya sebagai 'data-data'. Sering juga terjadi bahwa segala sesuatu yang berupa angka dianggap sama sehingga tidak dibedakan angka yang digunakan sekedar sebagai lambang, angka yang digunakan untuk menyatakan peringkat, angka yang digunakan untuk menyatakan interval, dan angka yang digunakan untuk menyatakan jumlah. Padahal, data diperoleh melalui pengukuran yang dapat dilakukan secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan taraf yang berbeda. Bahkan data sering disamakan dengan fakta. Saya akan mencoba melakukan penelusuran pustaka untuk bisa memahami dengan lebih baik, apa sebenarnya yang dimaksud dengan data dan bagaimana mengkategorikannya. Pada tulisan ini saya akan memaparkan hal-hal yang sifatnya sangat dasar, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat lanjutan, saya memerlukan waktu untuk mempelajarinya dan oleh karena itu, akan menuliskannya pada kali lain.

Menurut Wikipedia, data berasal dari kata bahasa Latin 'datum' yang bentuk jamaknya adalah 'data'. Dengan begitu, pengucapan maupun penulisan kata 'data-data' merupakan sesuatu yang berlebihan karena kata 'data' sendiri sudah merupakan bentuk jamak, sedangkan pengulangan kata dalam bahasa Indonesia dilakukan untuk menyatakan jamak. Manurut Wikipedia juga, data diartikan sebagai nilai peubah, baik peubah kualitatif maupun peubah kuantitatif. Dengan begitu, untuk peubah ciri-ciri morfologis tanaman, 'daun duduk saling berhadapan', 'daun berbentuk lonjong', 'tepi daun bergerigi', 'perbungaan malai', 'daun mahkota berwarna putih', dan 'tipe buah buni', merupakan data, sama seperti diameter setinggi dada 15 cm, tinggi 15 m, panjang daun 7 cm, jumlah daun mahkota 5 helai, panjang malai 5 cm, diameter buah 3 cm, dsb. Bukan hanya itu, gambar yang saya buat serta foto dan video yang saya ambil untuk tanaman tersebut adalah juga merupakan data. Dengan demikian, data merupakan nilai peubah mengenai karakteristik obyek penelitian. Karakteristik suatu obyek juga dikenal sebagai atribut obyek tersebut, sedangkan keterangan mengenai di mana obyek berada merupakan informasi spasial (spatial) mengenai obyek yang bersangkutan.

Istilah 'peubah' dan 'data' terutama digunakan pada penelitian-penelitian dengan dengan suudut pandang realisme ilmiah. Pada penelitian dengan sudut pandang pascamodernisme, kedua istilah tersebut tidak digunakan, melainkan digunakan istilah 'topik' atau 'tema' yang kira-kira berpadanan dengan 'peubah' dan istilah 'kapta' (capta) yang kira-kira berpadanan dengan 'data'. Kata 'kapta' berasal dari bahasa Latin 'captere' yang berarti 'mengambil'. Kalangan peneliti dengan pendekatan yang mengarah ke fenomenologi, antara lain Peter Checkland dan Johanna Drucker, berpandangan bahwa mereka berkeberatan menggunakan istilah 'data' karena istilah tersebut mengindikasikan sesuatu yang ada begitu saja (given) sebagai kesatuan yang utuh. Dengan menggunakan istilah 'kapta' mereka ingin mengedepankan proses yang digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat konstitutif (tidak sebagai kesatuan yang utuh).

Ketika melakukan penelusuran pustaka, saya menemukan data dikategorikan menjadi berbagai jenis. Sama seperti kategori jenis-jenis metode penelitian, kategori jenis-jenis data juga dilakukan dengan menggunakan berbagai dasar penggolongan sehingga menjadi membingungkan. Setelah mempelajari berbagai pustaka, saya berusaha membedakan jenis-jenis data berdasarkan dasar dasar penggolongan sebagai berikut:
  • Taraf pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data, dibedakan data nominal, data ordinal, data interval, dan data rasio;
  • Karakteristik nilai data, dibedakan data kualitatif (qualitative data) dan data kuantitatif (quantitative data); data kualitatif selanjutnya dibedakan menjadi data verbal dan data visual, sedangkan data kuantitatif menjadi data diskret (discrete) dan data kontinyu (continuous);
  • Pihak yang mengumpulkan, peneliti sendiri atau peneliti sebelumnya, dibedakan data primer (primary data) dan data sekunder (secondary data);
  • Rentang waktu pengumpulan data, dibedakan data satu waktu (cross-sectional) dan data berulang (longitudinaltime-series).
Pada tulisan ini saya akan menguraikan kategori data berdasarkan taraf pengukuran dan karakteristik nilai, sedangkan ketagori lainnya akan saya uraikan dalam kaitan dengan pengumpulan data pada tulisan berikutnya.

Taraf pengukuran (level of measurement) berkaitan dengan hubungan nilai yang diberikan sebagai atribut peubah yang digunakan dalam pengukuran. Misalkan lima orang pergi bersama-sama makan bakso, terdiri atas 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Sekarang mari kita pikirkan peubah apa yang dapat digunakan untuk mengukur orang makan bakso ini. Peubah pertama adalah jenis kelamin, nilainya bisa laki-laki atau perempuan, laki-laki bisa dilambangkan L dan perempuan dilambangkan P. Tapi L dan P tidak dapat digunakan untuk menghitung. Untuk memfasilitasi perthitungan, mari lambangkan laki-laki dengan angka 1 dan perempuan dengan angka 2. Peubah kedua adalah kesukaan terhadap rasa bakso yang untuk mengukurnya dapat digunakan skor 1 sampai 5, 1 menyatakan sangat tidak enak dan 5 menyatakan sangat enak. Peubah berikutnya adalah panas kuah bakso yang dapat diukur dengan termometer, hasilnya berupa ukuran suhu, misalnya 75oC atau 85oC. Perubah terakjir adalah jumlah bakso yang dimakan oleh setiap orang, yang nilainya berupa jumlah mangkok bakso; katakan misalnya 1 mangkok setiap orang sehingga seluruhnya berjumlah 5 mangkok.

Sekarang mari kita periksa angka-angka yang diperoleh. Semua peubah menghasilkan angka; ada angka yang melambangkan jenis kelamin, angka yang melambangkan rasa bakso, angka yang melambangkan suhu kuah bakso, dan terakhir, angka yang melambangkan jumlah mangkok bakso. Sekarang mari kita pikirkan, apakah semua angka-angka itu sama atau berbeda? Apakah angka 2 pada peubah jenis kelamin sama dengan angka 2 pada peubah rasa bakso, peubah suhu kuah bakso, dan peubah jumlah mangkok bakso? Jawabannya tentu saja tidak. Angka 2 pada peubah jenis kelamin hanyalah merupakan lambang untuk membedakan sehingga karena itu angka 2 tidak berarti lebih besar dari angka 1. Dalam hal ini pengukuran sekedar bertaraf membedakan tanpa perbandingan besar kecil atau tinggi rendah. Taraf pengukuran seperti ini disebut nominal. Berikutnya angka 2 pada peubah rasa bakso. Karena skor 1 menyatakan sangat tidak enak dan skor 5 menyatakan amat sangat enak maka skor 2 berarti tidak enak, skor 3 berarti enak, dan skor 4 sangat enak. Skor 2 lebih tinggi dari skor 1, skor 3 lebih tinggi dari skor 2, dan seterusnya, tetapi perbedaan 1 antara skor 1 dan 2 serta perbedaan 1 antara skor 2 dan 3 dan seterusnya tidak bernilai sama. Taraf pengukuran seperti ini disebut ordinal karena selain bersifat membedakan juga sekaligus memeringkatkan. Peubah berikutnya adalah suhu kuah bakso, nilai 2 menyatakan kuah bakso hampir membeku, sebab dalam derajat Celsius, air membeku pada suhu 0o dan mendidih pada suhu 100o. Dalam hal ini suhu 0 bukan berarti tidak ada suhu, melainkan menyatakan air membeku. Taraf pengukuran untuk membedakan dan memeringkatkan dengan nilai nol yang disepakati disebut taraf interval. Dalam hal ini, perbedaan 10o antara suhu 10o dan 20o bernilai sama dengan perbedaan 10o antara 20o dan 30o dan seterusnya. Terakhir, pada peubah jumlah mangkok bakso, angka 0 menyatakan tidak ada satu mangkok baksopun yang dimakan. Angka-angka pada peubah ini menyatakan nilai absolut, dengan kata lain, selain membedakan dan memeringkatkan juga mempunyai nilai 0 yang berarti tidak ada. Taraf pengukuran seperti ini disebut rasio. Dalam hal ini digunakan istilah 'taraf pengukuran' karena memang berjenjang dari nominal sebagai taraf terendah menuju ke rasio sebagai taraf tertinggi.

Jenjang taraf pengukuran dari terendah ke tertinggi

Apa yang kita dapat pelajari dari uraian di atas adalah bahwa angka hasil pengukuran hanyalah lambang. Lambang itu menjadi berarti kalau kita tahu apa yang kita ukur dan bagaimana kita menggunakan angka untuk melambangkan hasil pengukuran. Inilah yang sebenarnya disebut taraf pengukuran. Pengetahuan mengenai taraf pengukuran perlu benar-benar kita pahami supaya bisa melakukan operasi matematik terhadap angka-angka tersebut. Kita tahu bahwa dalam matematika, 1+2=3. Tapi dalam matematika kita menggunakan angka sebagai sesuatu yang abstrak. Dalam penelitian kita menggunakan angka sebagai lambang nilai hasil pengukuran peubah. Dalam hal ini angka tidak lagi abstrak, melainkan melambangkan sesuatu yang kita ukur. Karena itu, dalam hal 1 melambangkan laki-laki dan 2 melambangkan perempuan, 1+2 tidak sama dengan tiga. Demikian juga dalam hal rasa bakso, 1+2 juga tidak sama dengan tiga sebab 1 mangkok bakso tidak enak, jika ditambah menjadi dua mangkok, rasanya tidak akan berubah menjadi enak. Lain halnya dengan suhu, 5o+10o=15o, tetapi 0o tidak berarti tidak ada suhu. Juga lain lagi dengan jumlah mangkok bakso, 1 mangkok + 2 mangkok = 3 mangkok, dan 0 mangkok berarti tidak ada mangkok bakso. Dalam statistika yang kita gunakan sebagai sarana penelitian kuantitatif, angka tidak lagi abstrak, melainkan melambangkan sesuatu.

Mudah-mudahan kawan-kawan dapat memahami apa yang dimaksud dengan taraf pengukuran, sebelum kita lanjutkan mempelajari apa itu skala pengukuran. Skala pengukuran berkaitan dengan penggunaan instrumen atau alat tertentu untuk membandingkan suatu konsep dengan suatu satuan. Misalnya, untuk mengukur tinggi tanaman kita menggunakan meteran untuk membandingkan tinggi tanaman sebagai konsep dengan meter atau sentimeter sebagai satuan. Skala pengukuran seperti ini tidak rumit karena mengukur peubah yang nyata (yaitu tinggi tanaman) dengan satuan yang telah tersedia dan disepakati secara internasional (yaitu meter), tersedia alat untuk mengukur (yaitu meteran), dan yang lebih penting, berifat satu dimensi (yaitu menyatakan satu ukuran dengan nilai yang berkisar satu arah dari pendek ke panjang). Sekarang bandingkan dengan dengan konsep lain seperti pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman terdiri atas dimensi ukuran tinggi dan lebar dengan satuan meter (atau sentimeter), dimensi berat dengan satuan kilogram (atau gram), dan dimensi waktu dengan satuan hari (atau minggu, bulan, dan seterusnya). Mungkin konsep pertumbuhan tanaman juga masih cukup sederhana. Bandingkan lagi dengan konsep rawan pangan, bagaimana mengukurnya?

Untuk mengukur konsep-konsep yang abstrak dan berdimensi majemuk (multi-dimensional), tidak tersedia instrumen siap pakai untuk melakukan pengukuran. Oleh karena itu, peneliti harus membuat skala pengukuran berdasarkan dimensi tertentu yang akan diukur. Pengukuran harus dilakukan berdasarkan dimensi tertentu sebab bila melibatkan berbagai dimensi sekaligus maka akan menjadikan hasil pengukuran kacau dan tidak bermakna. Dalam hal konsep rawan pangan misalnya, terdapat banyak dimensi yang perlu diidentifikasi sebagai peubah, misalnya persepsi masyarakat mengenai penyebab rawan pangan. Pembuatan skala berdimensi tunggal dari suatu konsep abstrak yang bersifat berdimensi majemuk tentu saja tidak sesederhana menggunakan meteran untuk mengukur tinggi tanaman atau menggunakan timbangan untuk menentukan berat hasil tanaman. Dalam penelitian yang menggunakan konsep abstrak dan berdimensi majemuk, dibedakan antara skala pengukuran (scale of measurement) di satu sisi dan skala tanggapan (response scale) pada sisi lain. Perhatikan gambar di bawah ini.

Membedakan skala pengukuran dengan skala tanggapan
Pada gambar di atas disajikan konsep kesediaan untuk menerima pendatang baru. Konsep tersebut diukur melalui tiga pertanyaan (hijau, atas ke bawah): (1) apakah bersedia menerima pendatang baru di negara Anda, (2) apakah bersedia menerima pendatang baru di lingkungan tetangga Anda, dan (3) apakah bersedia menerima pendatang baru di rumah Anda. Jawaban setiap pertanyaan dapat diberi nilai berupa angka (gambar mistar). Skala pengukuran berkaitan dengan hubungan antara pertanyaan pertama dengan pertanyaan kedua dan pertanyaan ketiga, sedangkan skala tanggapan berkaitan dengan hubungan antara setiap pertanyaan dengan skala yang digunakan.

Perhatikan bahwa hubungan antar-ketiga pertanyaan tidak sekedar membedakan, melainkan menjawab Ya terhadap pertanyaan kedua mengindikasikan jawaban Ya terhadap pertanyaan pertama dan menjawab Ya terhadap pertanyaan ketiga mengindikasikan menjawab Ya terhadap pertanyaan kedua dan ketiga. Oleh karena itu, berkaitan dengan skala pengukuran, khususnya pengukuran konsep abtrak, dikenal tiga kategori sekala sebagai berikut:

  • Skala berinterval sama Thusrston: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval sama, misalnya 1=miskin karena pendidikan rendah, 2=miskin karena malas, dan 3=miskin karena tidak mempunyai modal produksi;
  • Skala sumatif Likert: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval yang menunjukkan peringkat berurutan, misalnya 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=tidak dapat memutuskan, 4=setuju, dan 5=sangat setuju;
  • Skala kumulatif Guttman: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval yang menunjukkan peringkat sebagai hasil penjumlahan berurutan, misalnya 1=setuju pendatang baru tinggal di negara saya, 2=setuju pendatang baru pendatang baru tinggal di lingkungan tenpat tinggal saya, 3=setuju pendatang baru tinggal sebagai tetangga saya, 4=setuju pendatang baru bergaul dengan anak-anak saya, dan 5=setuju pendatang baru menikah dengan anak saya.

Skala pengukuran merupakan aspek yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif terhadap konsep atau konstruk yang bersifat abstrak, apalagi berdimensi majemuk. Meskipun konsep atau konstruk abstrak seperti ini pada umumnya dihadapi dalam penelitian di kalangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, skala pengukuran juga perlu dipahami dengan benar oleh kalangan ilmu-ilmu alam agar dapat memahami kesulitan yang dihadapi rekan-rekan peneliti di kalangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora tersebut. Pemahaman terhadap skala pengukuran terhadap konsep atau konstruk abstrak dan berdimensi majemuk yang dihadapi di kalangan ilmu-ilmu sosial mudah-mudahan saja dapat membangun saling pengertian yang lebih baik di antara kedua kalangan. Bahkan, pemahaman ini mungkin dapat menjembatani hubungan antara kubu realisme ilmiah di satu kutup dengan kubu pascamodernisme di kutub lain, suatu saat nanti setelah kawan-kawan menjadi seorang peneliti.

Revisi terakhir dilakukan pada 28 November 2013
Creative Commons License
Hakcipta tulisan ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License.

Untuk memahami tulisan singkat ini secara lebih tuntas, silahkan klik setiap tautan yang tersedia. Bila Anda masih mempunyai pertanyaan, silahkan sampaikan melalui kotak komentar di bawah ini.

30 komentar:

  1. Setelah membaca tulisan ini saya bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan data ,taraf dan skala pengukuran serta bagaimana mengkategorikan data,sya ingin membaca berulang-ulang kali untuk lebih paham lagi.
    Terimakasih juga untuk saran penggunan kalimat data yang sering salah(data-data) hala ini sering saya liat dan saya sendiri sering melakukannya bahkan saat sya mengomentari tulisan bapak ini ada mahasiswa dari fakultas lain yang menyebutkan kata itu(data-data) karna sya telah mengetahuinya jadi saya merasa agak lucu.
    saya kurang paham dengan tulisan ini pak(Skala pengukuran merupakan aspek yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif terhadap konsep atau konstruk yang bersifat abstrak, apalagi berdimensi majemuk).
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena itu, jangan lagi pernah menyebut 'data-data'. Ada dua hal yang perlu dibedakan, yaitu taraf pengukuran dan skala pengukuran. Taraf pengukuran berkaitan dengan karakteristik peubah, sedangkan skala pengukuran berkaitan dengan cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengukur peubah. Persoalan taraf dan skala pengukuran ini lebih rumit pada penelitian bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora (karena peneliti harus menciptakan cara mengukur dengan skala ukuran tertentu) dibandingkan dengan pada bidang ilmu-ilmu alam (karena sudah ada ukuran baku dengan satuan baku pula, misalnya SI).

      Hapus
  2. Selama ini yang saya ketahui mengenai data itu hanya angka-angka yang tertera pada table atau tanpa table. Dengan adanya informasi yang dituliskan oleh bapak dapat saya pahami bahwa Data itu sebenarnya
    nilai peubah mengenai karakteristik suatu obyek penelitian. Tetapi yang saya belum dapat memahami yaitu mengkategorikan data. Dan untuk melakukan taraf pengukuran kita perlu menghubungkan nilai yang berkaitan dan diberikan sebagai atribut peubah.

    BalasHapus
  3. saya kurang mengerti tentang data.saya ingin bertanya dalam melakukan suatu penelitian apakah semua data yang di peroleh harus dalam bentuk anggka atau dapat digunakan dala bentuk lain?????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begini saya, misalkan Yohanes meneliti untuk mengetahui gealur jagung lokal yang dibudidayakan petani di suatu kecamatan. Yohanes mengukur tinggi (angka), menghitung jumlah daun (angka), menghitung jumlah tongkol per tanaman (angka). Lalu bagaimana dengan warna daun, warna rambut jagung, warna biji jagung? Tidak semuanya angka, bukan?

      Hapus
  4. • Setelah membaca materi/tulisan bapak,saya menjadi lebih tau tentang apa itu data. Selama ini saya cuma mengetahui data nominal,data ordinal,data interval dan data rasio. Dan ternyata ada banyak jenis-jenis data yang selama ini belum saya ketahui dan saya dapatkan. Dalam materi skala pengukuran,saya lebih memahami bahwa peneliti harus membuat skala pengukuran berdasarkan dimensi tertentu yang akan diukur. Pengukuran harus dilakukan berdasarkan dimensi tertentu sebab bila melibatkan berbagai dimensi sekaligus maka akan menjadikan hasil pengukuran kacau dan tidak bermakna.

    BalasHapus
  5. Dari tulisan ini saya dapat mengetahui tentang Apa Itu Data, Bagaimana Mengkategorikannya, serta Apa Itu Taraf dan Skala Pengukuran.
    Angka-angka pada beberapa penelitian menyatakan nilai absolut, dengan kata lain, selain membedakan dan memeringkatkan juga mempunyai nilai 0 yang berarti tidak ada. Taraf pengukuran ini biasa dikenal dengan rasio. oelh karena itu menurut saya,digunakan istilah 'taraf pengukuran' karena memang berjenjang dari nominal sebagai taraf terendah menuju ke rasio sebagai taraf tertinggi.
    terima kasih

    BalasHapus
  6. Terima kasih pak, . ,
    Saya baru mengerti bagaimana mengkategorikan data dalam skala pengukuran dalam melakukan penelitian,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena itu Mira, hati-hati bila menggunakan skor (taraf ordinal, skala Likert).

      Hapus
  7. Terima kasih Pak.
    setelah membaca tulisan ini saya lebih memahami bagimana mengkategorikan data dann skala pengukuran.

    BalasHapus
  8. setelah saya pelajari tulisan diatas ,,,, saya makin benar -banar paham tentang pengkategorian data dan taraf serta skala pengukuran.....

    BalasHapus
  9. setelah saya mambaca materi di atas saya sangat tertarik tentang materi ini...da apakah setiap penelitian yang dilakukan harus membutukan data atau ada penelitian yang tidak perlu membutuhkan data?.....terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penelitian selalu memerlukan data sebab data digunakan untuk mengungkapkan fakta.

      Hapus
  10. Terima ksih Bpk,karena setelah membaca tulisan ini saya bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan data ,taraf dan skala pengukuran serta bagaimana mengkategorikan data,sya ingin membaca berulang-ulang kali untuk lebih paham lagi.

    BalasHapus
  11. Dari tulisan bapak di atas saya bisa belajar apa itu data,sehingga ketika saya melakukan penelitian nanti saya tidak bingung bagaimana cara memperoleh data dan data apa yang saya gunakan nanti.blog di atas sangat membantu terimakasih pak.

    BalasHapus
  12. Dari tulisan di atas saya ingin bertanya apakah semua penelitian memerlukan data?dan bagaimana cara memperoleh data tersebut?terima kasih Pak.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca jawaban saya terhadap pertanyaan Susana Seni. Kemudian mengenai bagaimana memperoleh data, baca tulisan selanjutnya mengenai metode penelitian.

      Hapus
  13. setelah saya membaca bacaan di atas, ada beberapa hal yang tidak saya mengerti dan ingin saya tanyakan, yaitu :
    Mengapa Skala pengukuran merupakan aspek yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif terhadap konsep atau konstruk yang bersifat abstrak ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Konstruk yang bersifat nyata, misalnya tinggi tanaman, mudah diukur dengan menggunakan meteran dan sentimeter sebagai skala. Dalam hal ini, peneliti tidak perlu merancang skala. Berbeda dengan konsep abstrak, misalnya kesediaan petani untuk menggunakan benih unggul, peneliti harus membuat skala yang akan digunakan untuk mengukur sejauh mana petani bersedia menggunakan benih unggul.

      Hapus
  14. Dari bacaan di atas sudah sangat membantu saya dalam membuat data, dan saya bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan data ,taraf dan skala pengukuran serta bagaimana mengkategorikan data,sya ingin membaca secara langsung. terima kasih bapak.

    BalasHapus
  15. terima kasih pak, dari bacaan diatas saya paham apa itu data, data adalah suatu bahan penelitian yang didapatkan dari penelitian _ penelitian sebelumnyaatau yang sudah ada, dikategorikan dengan cara data tersebut diambil dari penelitian sebelumya dan dibandingan dengan data yang diambil dan dibahas dalam suatu penelitian. dan saya baru mengerti bahwa dalam membuat skalah pengukuran saya harus terpaku pada dimensi.tapi saya mau bertanya pak dimnsi itu apa saya kurang mengerti.

    BalasHapus
  16. setelah membaca tulisan ini, saya menjadi mengerti apa itu data, bagaimana mengketegori data data,dan juga saya baru mengerti apa itu taraf pengukuran dan skala pengukuran.
    Yang ingin kurang mengerti dari tulisan ini yaitu tentang data verbal dan data visual

    BalasHapus
    Balasan
    1. Data verval adalah data yang berupa rangkaian kata-kata hasil transkripsi rekaman wawancara atau catatan pengamatan lapangan. Data visual adalah data dalam bentuk foto, video, citra satelit dan sejenisnya. Kalau data angka sudah tahu 'kan? Selama ini banyak yang keliru menganggap bahwa data hanya terdiri atas angka-angka.

      Hapus
  17. Saya harus lebih banyak belajar lagi dan membaca mengenai apa itu data,karena proses belajar saat ini pada mata kuliah metodologi ilmiah, hal ini sangatlah penting untuk menambah pengetahuan.
    Terima kasih Pak ...

    BalasHapus
  18. Dari bacaan di atas saya dapat mengetahui Apa Itu Data, Bagaimana Mengkategorikannya, serta Apa Itu Taraf dan Skala Pengukuran dan juga.terimah kasih bapak

    BalasHapus
  19. dari penjelasan diatas saya lebih memahami dan membedakan 'taraf pengukuran' dari nominal sebagai taraf terendah menuju ke rasio sebagai taraf tertinggi. dan saya juga dapat memahami apa itu Skala berinterval sama Thusrston, Skala sumatif Likert dan Skala kumulatif Guttman.
    terima kasih pak

    BalasHapus
  20. Terima kasih pak, tulisan ini sangat membantu saya dalam melakuan hasil penilitian, dimana data adalah angka –angka. angka – angka diperoleh dari melakukan hasil penelitian. dari hasil penelitian peneliti dapat mengkategorikan hasil penelitiannya termasuk data ordinal,nominal interval dan rasio, setelah itu kita melakukan taraf atau tingkatan dari data yang sudah kita peroleh apakah berpengaruh nyata atau tidak tergantung menggunakan analisis statistika.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf Sari, data tidak hanya terdiri atas angka-angka. Data terdiri atas data kuantitatif yang terdiri atas angka-angka dan data kualitatif yang terdiri atas data verbal dan data visual.

      Hapus
  21. Terima kasih buat tulisannya, semoga dapat berguna bagi tugas akhir saya, karena saya rasa hal-hal seperti inilah yang menjadi dasar kedepan.

    BalasHapus

Silahkan sampaikan komentar atau pertanyaan dengan mengetikkan dalam kotak komentar.