Setelah membaca kembali tulisan-tulisan saya sebelumnya, terutama tulisan-tulisan yang berkaitan dengan Konsep Dasar Penelitian, saya menyimpulkan bahwa sebelum melakukan seorang peneliti perlu memahami teori ilmiah yang akan mendasari penelitiannya, merumuksan konsep (konstruk) dan proposisi yang akan digunakan untuk menyusun kerangka penelitian, menentukan peubah dan hubungan antarpeubah, dan menentukan taraf dan skala pengukuran untuk digunakan mengumpulkan data. Dengan kata lain, sebelum melakukan penelitian maka seorang peneliti perlu membangun struktur penelitian. Dalam hal ini saya sepakat dengan apa yang diuraikan pada Web Center for Social Research Method bahwa merancang penelitian pada dasarnya berkaitan dengan apa yang harus dilakukan peneliti untuk membangun struktur penelitiannya. Perancangan penelitian menghasilkan rancangan penelitian (research design).
Untuk memulai merancang penelitian, setelah dirumuskan masalah dan tujuan penelitian maka perlu ditentukan apa yang diamati atau diukur sehingga apa yang diamati dan diukur tersebut dapat mencerminkan masalah yang diteliti (validitas konstruk). Untuk itu perlu ditentukan konsep yang perlu diterjemahkan menjadi peubah dan peubah diterjemahkan ke dalam definisi operasional adar dapat diukur dengan menggunakan taraf pengukuran dan skala pengukuran tertentu. Selanjutnya perlu ditentukan apa yang menjadi satuan penelitian dan kemudian ditentukan apakah terhadap satuan penelitian perlu dilakukan manipulasi (diberikan perlakuan) atau hanya diamati atau hanya diukur (tanpa diberikan perlakuan). Dalam memberikan perlakuan atau tidak, perlu masing-masing dilakukan dengan memperhatikan validitas internal dan validitas eksternal. Perhatian juga perlu diberikan dalam hal bagaimana satuan penelitian diambil: tanpa dikelompokkan atau dengan dikelompokkan; secara acak atau tidak acak. Terakhir, perlu ditentukan, apakah pengamatan atau pengukuran dilakukan sekali atau beberapa kali. Semua ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar di atas terdiri atas sumbu mendatar dan sumbu vertikal. Sumbu mendatar menyatakan waktu, sumbu vertikal menyatakan kelompok. Kelompok terdiri atas satuan penelitian yang diambil secara acak (dilambangkan R) atau tidak acak (dilambangkan ^R). Pengamatan atau pengukuran, yang dilambangkan dengan O, dapat dilakukan tanpa atau dengan perlakuan (perlakuan dilambangkan dengan X). Pengamatan tanpa perlakuan tampak terhadap kelompok pada baris di sebelah bawah, dengan perlakuan terhadap kelompok pada baris di sebelah atas. Gambar juga menunjukkan bahwa pengamatan atau pengukuran dapat dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan (terhadap kelompok pada baris di sebelah atas). Tentu saja pengamatan dapat dilakukan sekali atau beberapa kali. Bila dilakukan beberapa kali maka setiap pengamatan dilambangkan dengan O yang disertai dengan kode untuk menunjukkan urutan pengamatan, misalnya O1 untuk pengamatan pertama, O2 untuk pengamatan kedua, dan seterusnya.
Mengapa penelitian perlu dirancang? Untuk menjawab pertanyaan ini kawan-kawan perlu kembali menyimak tulisan saya yang berkaitan dengan konsep dasar penelitian, terutama tulisan mengenai unsur penelitian dan tulisan mengenai kesahihan (validitas) dan keajegan (reliabilitas) penelitian. Pada tulisan mengenai unsur penelitian saya sudah memaparkan bahwa penelitian berkaitan dengan pengukuran peubah untuk memperoleh data. Dalam hal ini, peubah harus mewakili konsep (konstruk) supaya dapat diperoleh data yang sahih menurut kriteria kesahihan konstruk. Bila penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan, maka penelitian perlu dirancang untuk menjamin bahwa akibat perlakuan yang diamati atau diukur benar-benar hanya dipengaruhi oleh perlakuan, bukan oleh faktor lain (kesahihan internal). Untuk penelitian tanpa perlakuan yang dimaksudkan untuk melakukan generalisasi, perancangan penelitian perlu dilakukan untuk menjamin bahwa generalisasi dapat dilakukan secara benar (kesahihan eksternal). Tanpa perancangan maka penelitian akan diragukan kesahihannya, baik dalam hal kesahihan konstruk, kesahihan internal, maupun kesahihan eksternal.
Untuk memulai merancang penelitian, pertanyaan pertama yang harus diajukan adalah apakah satuan penelitian diberikan perlakuan secara acak? Jika jawabannya ya maka digunakan rancangan penelitian eksperimental sejati (true experiment). Bila jawanbannya tidak, perlu diajukan pertanyaan kembali, apakah satuan penelitian dikategorikan atas dasar tertentu dan kemudian kategori digunakan seakan-akan sebagai perlakuan? Bila jawabanya adalah ya maka digunakan rancangan penelitian percobaan semu (quasi-experiment), sedangkan bila jawabannya tidak maka digunakan rancangan penelitian observasi (observational research). Ketiga rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian dasar. Karena merupakan rancangan penelitian dasar maka dapat dikembangkan menjadi rancangan pengembangan (advanced design). Misalnya, apakah penelitian dilakukan untuk tujuan generalisasi atau tidak. Bila penelitian observasional dilakukan untuk tujuan melakukan generaslisasi maka diperoleh rancangan penelitian survei (survey research), sedangkan bila penelitian yang sama tidak dimaksudkan untuk melakukan generalisasi maka diperoleh rancangan penelitian kasus (case study). Pertanyaan lain yang juga dapat diajukan adalah apakah penelitian melibatkan masyarakat secara aktif sebagai peneliti untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat setempat atau menempatkan masyarakat sekedar sebagai obyek penelitian? Bila jawabannya adalah pilihan yang pertama maka diperoleh rancangan penelitian bersama masyarakat (participatory research).
Rancangan penelitian dibeda-bedakan dengan berbagai cara. Selain dengan cara sebagaimana diuraikan di atas, rancangan penelitian juga dibedakan berdasarkan pengaturan dan manipulasi obyek penelitian menjadi:
Selain itu, rancangan penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan rentang penelitian dalam ruang dan waktu menjadi:
Pengacakan satuan penelitian perlu diuraikan dengan disertai contoh, agar dapat dibedakan penelitian eksperimental sejati dari penelitian eksperimental semu. Misalkan dua orang peneliti masing-masing ingin menentukan bagaimana tanggapan pertumbuhan rumput terhadap naungan. Peneliti pertama menanam rumput bersama-sama dengan tanaman ubi kayu dengan jarak tanam ubi kayu yang berbeda-beda untuk memperoleh perlakuan dengan taraf perlakuan naungan tinggi (P1), naungan sedang (2), dan naungan rendah (P3). Untuk mememberikan perlakuan, peneliti pertama ini membuat tiga petak dan kemudian menempatkan setiap taraf perlakuan secara acak. Peneliti kedua melaksanakan penelitian dengan memilih satu pohon besar, misalnya pohon kihujan (Samanea saman), dan kemudian membuat tiga petak dari arah pangkal batang ke luar. Peneliti kedua ini menetapkan petak yang paling dekat dengan pangkal batang pohon sebagai taraf perlakuan naungan tinggi (P1), petak berikutnya sebagai menerima taraf perlakuan naungan sedang (P2), dan petak paling luar sebagai menerima taraf perlakuan naungan rendah (P3). Perbedaan di antara kedua peneliti ini adalah, penelitian pertama menempatkan perlakuan secara acak sedangkan peneliti kedua tidak menempatkan perlakuan secara acak. Peneliti pertama melakukan penelitian eksperimental sejati, peneliti kedua melakukan penelitian eksperimental semu.
Di antara ketiga rancangan penelitian di atas, yang paling umum dilakukan pada bidang agroteknologi (budidaya pertanian) adalah penelitian eksperimental sejati dan penelitian survei. Penelitian eksperimental semu juga dilakukan, tetapi rancangan penelitian ini paling banyak dilakukan pada bidang ilmu lingkungan. Mengingat rancangan penelitian eksperimental sejati dan rancangan penelitian survei merupakan dua rancangan penelitian dasar yang sangat penting bagi mahasiswa agroteknologi maka saya akan memaparkannya lebih lanjut pada tulisan khusus mengenai merancang penelitian eksperimental dan mengenai merancang penelitian survei. Saya juga akan memaparkan rancangan penelitian kualitatif tersendiri, mskipun dari segi perancangan mirip dengan penelitian survei, penelitian kualitatif pada umumnya tidak dimaksudkan untuk melakukan generalisasi. Lalu bagaimana dengan penelitian kasus dan penelitian bersama masyarakat? Kedua rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian lanjutan yang biasanya dipelajari pada satrata S2 dan S3.
Setelah mempelajari perancangan penelitian sebagaimana saya paparkan pada tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa apa yang saya peroleh selama mengikuti kuliah pada jurusan budidaya pertanian (kini agroteknologi) merupakan pemerkosaan penelitian menjadi seakan-akan hanya merupakan percobaan. Mengapa saya menyimpulkan ini? Karena selama mengikuti kuliah saya hanya diajar matakuliah perancangan percobaan, tidak diajar matakuliah mengenai rancangan penelitian lainnya. Memang juga diajarkan matakuliah metodologi penelitian (kini metode ilmiah), tetapi apa yang diajarkan melalui matakuliah ini tidak lebih dari pengulangan dari apa yang telah diajarkan pada matakuliah perancangan percobaan. Mengapa ini bisa terjadi? Kata seorang teman, pendidikan rupanya dilakukan sekedar sebagai proses pewarisan. Maksud saya, apa yang dahulu pernah dipelajari oleh seorang dosen itulah yang kemudian diajarkannya. Tentu saja dosen tidak mungkin menyerap semua yang diajarkan oleh dosennya dahulu secara sempurna. Akibatnya, melalui proses pewarisan ini terjadi proses pemiskinan pengetahuan. Ini akan terjadi bila dosen terlalu mempercayai gelar akademik yang disandangnya, karena sudah bergelar hebat merasa tidak lagi perlu belajar.
Hakcipta tulisan ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License.
Untuk memahami tulisan singkat ini secara lebih tuntas, silahkan klik setiap tautan yang tersedia. Bila Anda masih mempunyai pertanyaan, silahkan sampaikan melalui kotak komentar di bawah ini.
Untuk memulai merancang penelitian, setelah dirumuskan masalah dan tujuan penelitian maka perlu ditentukan apa yang diamati atau diukur sehingga apa yang diamati dan diukur tersebut dapat mencerminkan masalah yang diteliti (validitas konstruk). Untuk itu perlu ditentukan konsep yang perlu diterjemahkan menjadi peubah dan peubah diterjemahkan ke dalam definisi operasional adar dapat diukur dengan menggunakan taraf pengukuran dan skala pengukuran tertentu. Selanjutnya perlu ditentukan apa yang menjadi satuan penelitian dan kemudian ditentukan apakah terhadap satuan penelitian perlu dilakukan manipulasi (diberikan perlakuan) atau hanya diamati atau hanya diukur (tanpa diberikan perlakuan). Dalam memberikan perlakuan atau tidak, perlu masing-masing dilakukan dengan memperhatikan validitas internal dan validitas eksternal. Perhatian juga perlu diberikan dalam hal bagaimana satuan penelitian diambil: tanpa dikelompokkan atau dengan dikelompokkan; secara acak atau tidak acak. Terakhir, perlu ditentukan, apakah pengamatan atau pengukuran dilakukan sekali atau beberapa kali. Semua ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Struktur yang perlu diperhatikan dalam merancang penelitian |
Mengapa penelitian perlu dirancang? Untuk menjawab pertanyaan ini kawan-kawan perlu kembali menyimak tulisan saya yang berkaitan dengan konsep dasar penelitian, terutama tulisan mengenai unsur penelitian dan tulisan mengenai kesahihan (validitas) dan keajegan (reliabilitas) penelitian. Pada tulisan mengenai unsur penelitian saya sudah memaparkan bahwa penelitian berkaitan dengan pengukuran peubah untuk memperoleh data. Dalam hal ini, peubah harus mewakili konsep (konstruk) supaya dapat diperoleh data yang sahih menurut kriteria kesahihan konstruk. Bila penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan, maka penelitian perlu dirancang untuk menjamin bahwa akibat perlakuan yang diamati atau diukur benar-benar hanya dipengaruhi oleh perlakuan, bukan oleh faktor lain (kesahihan internal). Untuk penelitian tanpa perlakuan yang dimaksudkan untuk melakukan generalisasi, perancangan penelitian perlu dilakukan untuk menjamin bahwa generalisasi dapat dilakukan secara benar (kesahihan eksternal). Tanpa perancangan maka penelitian akan diragukan kesahihannya, baik dalam hal kesahihan konstruk, kesahihan internal, maupun kesahihan eksternal.
Untuk memulai merancang penelitian, pertanyaan pertama yang harus diajukan adalah apakah satuan penelitian diberikan perlakuan secara acak? Jika jawabannya ya maka digunakan rancangan penelitian eksperimental sejati (true experiment). Bila jawanbannya tidak, perlu diajukan pertanyaan kembali, apakah satuan penelitian dikategorikan atas dasar tertentu dan kemudian kategori digunakan seakan-akan sebagai perlakuan? Bila jawabanya adalah ya maka digunakan rancangan penelitian percobaan semu (quasi-experiment), sedangkan bila jawabannya tidak maka digunakan rancangan penelitian observasi (observational research). Ketiga rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian dasar. Karena merupakan rancangan penelitian dasar maka dapat dikembangkan menjadi rancangan pengembangan (advanced design). Misalnya, apakah penelitian dilakukan untuk tujuan generalisasi atau tidak. Bila penelitian observasional dilakukan untuk tujuan melakukan generaslisasi maka diperoleh rancangan penelitian survei (survey research), sedangkan bila penelitian yang sama tidak dimaksudkan untuk melakukan generalisasi maka diperoleh rancangan penelitian kasus (case study). Pertanyaan lain yang juga dapat diajukan adalah apakah penelitian melibatkan masyarakat secara aktif sebagai peneliti untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat setempat atau menempatkan masyarakat sekedar sebagai obyek penelitian? Bila jawabannya adalah pilihan yang pertama maka diperoleh rancangan penelitian bersama masyarakat (participatory research).
Rancangan penelitian dibeda-bedakan dengan berbagai cara. Selain dengan cara sebagaimana diuraikan di atas, rancangan penelitian juga dibedakan berdasarkan pengaturan dan manipulasi obyek penelitian menjadi:
- Rancangan penelitian deskriptif (descriptive design), mencakup antara lain penelitian studi kasus (case study), pengamatan naturalistik (naturalistic observation), pengamatan cohort (cohort observation), dan survei deskriptif (descriptive survey);
- Rancangan penelitian korelasional (correlational design), mencakup antara lain penelitian kendali-kasus (case-control study) dan penelitian perlakuan observasional (observational study), survei inferential (inferential survey);
- Rancangan semi-eksperimental (semi-experimental design), mencakup antara lain percobaan lapangan (field experiment) dan percobaan semu (quasi-experiment);
- Rancangan eksperimental (experimental design), mencakup percobaan sejati (true experiment)
- Rancangan kajian (review design), mencakup antara lain kajian kepustakaan (literature review) dan kajian sistematik (systematic review);
- Rancangan meta-analitik (meta-analytic design), mencakup penelitian meta-analysis (meta-analysis).
Selain itu, rancangan penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan rentang penelitian dalam ruang dan waktu menjadi:
- Rancangan lintas-bujur (cross-sectional), penelitian yang melibatkan satuan penelitian dalam jumlah besar yang diamati melalui satu kali pengamatan;
- Rancangan lintas-lintang (longitudinal), penelitian yang melibatkan satuan penelitian dalam jumlah terbatas yang diamati berkali-kali dalam jangka panjang;
- Rancangan lintas-lintang-dan-bujur (cross-sequential), penelitian yang dilaksanakan sebagai gabungan rancangan lintas-bujur dan lintas-lintang.
- Rancangan penelitian menjelajah (exploratory research), untuk mendeskripsikan suatu fenomena;
- Rancangan penelitian menjelaskan (explanatory research, causal research), untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antara fenomena;
- Rancangan penelitian memprakirakan (forecasting research, modelling research), untuk memprakirakan perkembangan suatu fenomena;
- Rancangan penelitian mengendalikan keadaan (problem solving research), untuk mengendalikan perkembangan suatu fenomena;
- Rancangan penelitian membangun teori (theory-building research), untuk memberikan penjelasan menyeluruh terhadap fenomena yang kompleks.
Pengacakan satuan penelitian perlu diuraikan dengan disertai contoh, agar dapat dibedakan penelitian eksperimental sejati dari penelitian eksperimental semu. Misalkan dua orang peneliti masing-masing ingin menentukan bagaimana tanggapan pertumbuhan rumput terhadap naungan. Peneliti pertama menanam rumput bersama-sama dengan tanaman ubi kayu dengan jarak tanam ubi kayu yang berbeda-beda untuk memperoleh perlakuan dengan taraf perlakuan naungan tinggi (P1), naungan sedang (2), dan naungan rendah (P3). Untuk mememberikan perlakuan, peneliti pertama ini membuat tiga petak dan kemudian menempatkan setiap taraf perlakuan secara acak. Peneliti kedua melaksanakan penelitian dengan memilih satu pohon besar, misalnya pohon kihujan (Samanea saman), dan kemudian membuat tiga petak dari arah pangkal batang ke luar. Peneliti kedua ini menetapkan petak yang paling dekat dengan pangkal batang pohon sebagai taraf perlakuan naungan tinggi (P1), petak berikutnya sebagai menerima taraf perlakuan naungan sedang (P2), dan petak paling luar sebagai menerima taraf perlakuan naungan rendah (P3). Perbedaan di antara kedua peneliti ini adalah, penelitian pertama menempatkan perlakuan secara acak sedangkan peneliti kedua tidak menempatkan perlakuan secara acak. Peneliti pertama melakukan penelitian eksperimental sejati, peneliti kedua melakukan penelitian eksperimental semu.
Di antara ketiga rancangan penelitian di atas, yang paling umum dilakukan pada bidang agroteknologi (budidaya pertanian) adalah penelitian eksperimental sejati dan penelitian survei. Penelitian eksperimental semu juga dilakukan, tetapi rancangan penelitian ini paling banyak dilakukan pada bidang ilmu lingkungan. Mengingat rancangan penelitian eksperimental sejati dan rancangan penelitian survei merupakan dua rancangan penelitian dasar yang sangat penting bagi mahasiswa agroteknologi maka saya akan memaparkannya lebih lanjut pada tulisan khusus mengenai merancang penelitian eksperimental dan mengenai merancang penelitian survei. Saya juga akan memaparkan rancangan penelitian kualitatif tersendiri, mskipun dari segi perancangan mirip dengan penelitian survei, penelitian kualitatif pada umumnya tidak dimaksudkan untuk melakukan generalisasi. Lalu bagaimana dengan penelitian kasus dan penelitian bersama masyarakat? Kedua rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian lanjutan yang biasanya dipelajari pada satrata S2 dan S3.
Setelah mempelajari perancangan penelitian sebagaimana saya paparkan pada tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa apa yang saya peroleh selama mengikuti kuliah pada jurusan budidaya pertanian (kini agroteknologi) merupakan pemerkosaan penelitian menjadi seakan-akan hanya merupakan percobaan. Mengapa saya menyimpulkan ini? Karena selama mengikuti kuliah saya hanya diajar matakuliah perancangan percobaan, tidak diajar matakuliah mengenai rancangan penelitian lainnya. Memang juga diajarkan matakuliah metodologi penelitian (kini metode ilmiah), tetapi apa yang diajarkan melalui matakuliah ini tidak lebih dari pengulangan dari apa yang telah diajarkan pada matakuliah perancangan percobaan. Mengapa ini bisa terjadi? Kata seorang teman, pendidikan rupanya dilakukan sekedar sebagai proses pewarisan. Maksud saya, apa yang dahulu pernah dipelajari oleh seorang dosen itulah yang kemudian diajarkannya. Tentu saja dosen tidak mungkin menyerap semua yang diajarkan oleh dosennya dahulu secara sempurna. Akibatnya, melalui proses pewarisan ini terjadi proses pemiskinan pengetahuan. Ini akan terjadi bila dosen terlalu mempercayai gelar akademik yang disandangnya, karena sudah bergelar hebat merasa tidak lagi perlu belajar.
Revisi sebelumnya pada 30 November 2013
Direvisi terakhir pada 9 Desember 2013
Direvisi terakhir pada 9 Desember 2013
Hakcipta tulisan ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License.
Untuk memahami tulisan singkat ini secara lebih tuntas, silahkan klik setiap tautan yang tersedia. Bila Anda masih mempunyai pertanyaan, silahkan sampaikan melalui kotak komentar di bawah ini.
dengan melihat isi tulisan ini,saya memahami sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan rancangan penelitian agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan penelitian.hal ni dilakukan untuk mencerminkan masalah penelitian.
BalasHapusBerbicara mengenai penelitian memang sangat sulit . tapi dengan adanya tulisan yang sudah Bapak buat ini dapat membantu saya bagaimana merancang penelitian sebelum melakukan penelitian.
BalasHapusYuni, meneliti itu sebenarnya bisa menjadi lebih mudah dan menarik bila diajarkan oleh mereka yang terbiasa meneliti.
HapusTerima kasih Pak,
BalasHapusTulisan ini membantu saya untuk mengetahui bahwa tanpa adanya perancangan maka penelitian akan diragukan kesahihan, baik dalam hal kesahihan konstruk, kesahihan internal, maupun kesahihan eksternal.
sekali lagi makasih Pak.
Terima kasih Novita, saya hanya heran saja, mengapa dalam matakuliah perancangan percobaan tidak dibahas masalah kesahihan dan keajegan ini.
HapusIa pak, mungkin karena mau memadatkan materi sehingga materu yang sebenarnya penting tidak ajarkan kepada kami,
HapusTerima kasih Pak
Terima Kasih Pak..Dari blog ini Saya bisa mengetahui pentingnya merancang penelitian yaitu untuk menjamin bahwa akibat perlakuan yang diamati atau diukur benar-benar hanya dipengaruhi oleh perlakuan, bukan oleh faktor lain (kesahihan internal),ini akan bermanfaat buat saya.
BalasHapusTerima kasih pak, karena tulisan ini sangat membantu saya sebagai mahasiswa ketika akan melakukan penelitian dan terima kasih untuk penjelasannya bahwa sebelum melakukan penelitian harus terlebih dahulu melakukan struktur penelitian....
BalasHapusDengan adanya tulisan ini, saya mamahami walaupun sedikit tapi setidaknya tahu tentang bagaimana merancang suatu penelitian. terima kasih karena tulisan sangat membantu saya dalam proses belajar saat in.
BalasHapusTerima Kasih Pak..
Dari tulisan ini saya dapat memahami bahwa Rancangan penelitian dibeda-bedakan dengan berbagai cara,
BalasHapusSaya juga memiliki sebuah pertanyaan.tolong bapak jelaskan apa yang dimaksud dengan Penelitian eksperimental semu.apa hubungannya dengan bidang pertanian?
saya juga sangat setuju dengan pernyataan bapak mengenai "matakuliah perancangan percobaan, tidak diajar matakuliah mengenai rancangan penelitian lainnya".hal tersebut juga saya rasakan pada semester ini.
Apa yang membuat pokok pembahasan mengenai rancangan penelitian ditiadakan?padahal hal ini sangat penting dan berguna bagi mahasiswa bila nantinya ia menyusun tugas akhir.
terima kasih pak
Samuel, percobaan semu adalah percobaan yang stuan-satuan percobaannya tidak bisa diacak. Misalnya, ketika kita ingin meneliti mengenai pengaruh naungan pohon sengon terhadap pertumbuhan produksi jagung, perlakuan naungan paling banyak dengan sendirinya harus diletakkan paling dekat dengan batang pohon (tidak bisa diacak). Matakuliah perancangan penelitian bukan ditiiadakan, melainkan memang tidak pernah ada di fakultas-fakultas pertanian di Indonesia. Saya berpendapat sebaiknya matakuliah perancangan percobaan diganti namanya menjadi perancangan penelitian sehingga dapat diajarkan metode penelitian lain daripada hanya metode eksperimental.
HapusDengan adanya materi ini membantu saya sebagai mahasiswa dalam melakukan penelitian nanti...
BalasHapusterima kasih Pak.......
terima kasih pak atas materi yang pa berikan tentang rancangan penelitian saya sedikit memahami, mungkit nanti pada saat saya melakukan penelitin saya akan lebih paham tentang hal ini.
BalasHapusDengan membaca tulisan ini saya dapat memahami bahwa setiap penelitian harus di rancang untuk mendapatkan data yang lebih sahi
BalasHapusTerimakasih
'sahih' dengan huruf h pada bagian akhir, jangan suka menorupsi huruf, nanti bisa menjadi terbiasa mengorupsi yang lain.
HapusDari bacaan di atas saya dapat mengerti bahwa Untuk memulai merancang penelitian, setelah dirumuskan masalah dan tujuan penelitian maka perlu ditentukan apa yang diamati atau diukur sehingga apa yang diamati dan diukur tersebut dapat mencerminkan masalah yang diteliti . tarima kasih
BalasHapusTerima kasih pak, dengan bacaan diatas saya jadi mengerti tentang rancangan penelitian,dalam penelitian saya harus harus merancang penelitian agar, saat penelitian berjalan saya tidak keliru dan mengapa penelitian perlu dirancang agar benar – benar hanya dipengaruhi oleh perlakuan dan dalam bacaan diatas saya juga mengerti tentang cara merancang penelitian.
BalasHapusdari tulisan diatas, saya lebih memahami tentang suatu rancangan penelitian, namun saya masih bingumg dengan penjelasan gambar diatas ?
BalasHapusterima kasih pak
Saya mengerti mengapa gambar di atas sulit Novita pahami. Pertama karena keterangannya masih dalam Bahasa Inggris. Kedua kode R O X O tidak pernah diajarkan dalam matakuliah perancangan percobaan karena dalam matakuliah yang diajarkan, pengamatan (O) dilakukan hanya setelah perlakuan (X). Kode R O X O dalam perancangan percobaan berarti satuan percobaan harus acak (R) dan pengamatan (O) dapat dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan (X).
HapusTulisan ini sangat membantu mahasiswa untuk merancang penelitian, dan saya juga baru mengerti penelitian perlu dirancang untuk menjamin bahwa akibat perlakuan yang diamati atau diukur benar-benar hanya dipengaruhi oleh perlakuan, bukan oleh faktor lain (kesahihan internal). Selama ini saya kurang paham bagaimana merancang penelitian, namun kami sudah diberi tugas untuk membuat proposal, saya merasa sangat kesulitan dalam membuat proposal penelitian karena masih kurang paham untuk merancang penelitian, setelah membaca tulisan ini saya jauh lebih mengerti bagaimana merancang penelitian.
BalasHapusSaya memahami kesulitan yang Mervyn hadapi, mudah-mudahan tulisan-tulisan pada blog ini bisa membantu.
Hapusrancangan penelitian perlu dilakukan karena dari rancangan penelitian kita dapat melakukan penelitian jadi penelitian bukan hanya masalah tetapi harus ada rancangan karena pada akhrinya rancangan menentukan semuanya, rancangan juga bisa menjawab masalah dari rancangan, kita juga dapat mengetahui suatu kebenaran dari masalah penelitian
BalasHapusTerima kasih pak udan memberikan saya pemahaman tentang apa itu peranvangan dan bagaimana teknik yang harus dilakukan serta tujuan perancangan dalam suatu tulisan...
BalasHapusPada tulisan yang satu ini mungkin saya juga merasa bahwa sebenarnya masih harus adalagi matakuliah yang berkaitan dengan penelitian, tetapi dengan tulisan Bapak ini juga cukup membantu bagi kami para mahasiswa.
BalasHapusTerima kasih Pak.
Memang harus ada matakuliah Metodologi Penelitian sebagai kelanjutan dari Metode Ilmiah, tetapi untuk itu mungkin perlu diusulkan ke PD I Bidang Akademik.
Hapus"Rancangan penelitian menjelajah (exploratory research), untuk mendeskripsikan suatu fenomena"
BalasHapuskalimat diatas itu referansinya dari mana ya pak.
mohon bantuannya.