Selamat Datang

Selamat datang kepada kawan-kawan yang telah berkenan berkunjung. Blog ini bercerita tentang usaha saya untuk belajar meneliti. Bila kawan-kawan juga baru mulai belajar meneliti, silahkan jelajahi blog ini. Tetapi bila telah berpengalaman, blog ini bukan untuk Anda. Karena saya baru belajar meneliti maka tulisan-tuilisan akan terus menerus saya revisi, seiring dengan pustaka yang saya peroleh dan masukan dari kawan-kawan. Karena itu, silahkan sampaikan komentar pada bagian bawah setiap tulisan dan kunjungi lagi lain kali, untuk membaca tulisan revisi paling mutakhir.

Sabtu, 23 November 2013

3. Apa Itu Sarana Penalaran dan Bagaimana Peranannya dalam Penelitian?

Print Friendly and PDF Teman saya sering menunda-nunda menulis karena katanya dia malas berpikir. Mungkin dia benar, malas berpikir, tetapi apa sesungguhnya yang membuat dia malas berpikir? Untuk menulis, jangankan satu alinea, satu kalimat saja kita harus berpikir, apa yang menjadi subyek dan apa yang menjadi predikat atau apakah perlu disertai dengan obyek atau tidak. Kemudian juga harus memikirkan bagaimana membuat kalimat inti dan kalimat-kalimat penjelasnya serta bagaimana pula merangkaikan alinea dalam urutan yang masuk akal. Untuk melakukan semua itu diperlukan penalaran (reasoning), yang oleh teman saya disebut berpikir. Belum lagi harus memikirkan bagaimana merangkai bergagai konsep dan menghubungkan konsep-konsep tersebut satu sama lain sebagaimana telah saya uraikan pada tulisan sebelumnya. Untuk melakukan penalaran dengan baik diperlukan penguasaan terhadap sarana penalaran. Tulisan ini saya susun sebagai sintesis terhadap buku Jujun S. Suriasumantri (1988), Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, tentu saja dengan melengkapinya pula dengan sumber-sumber Internet.

Sarana berpikir yang paling dasar adalah logika (logic), yaitu menggunakan penalaran untuk membangun suatu proposisi baru berdasarkan proposisi yang sebelumnya sudah diketahui sebagai benar. Dalam penalaran dengan menggunakan logika, proposisi yang digunakan sebagai dasar untuk membangun proposisi baru disebut premis (premise), sedangkan proposisi baru yang dihasilkan sebagai sebagai kesimpulan ddisebut konsekuen (consequent). Penalaran yang dilakukan dengan menggunakan logika disebut penalaran diskursif (discursive reasoning), sedangkan yang tidak menggunakan logika disebut penalaran intuitif (intuitive reasoning). Penalaran dengan menggunakan logika merupakan penalaran yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Penalaran dengan menggunakan logika tersebut terdiri atas penalaran deduktif (deductive reasoning, penalaran dari khusus ke umum) dan penalaran induktif (inductive reasoning, penalaran dari umum ke khusus). Penalaran deduktif dan penalaran induktif tersebut diformalkan melalui matematika dan statistika.

Matematika memformalkan penalaran deduktif dilakukan dengan menggunakan hukum pembagian (detachment), silogisme (syllogism), dan kontra-positif (contra-positive). Dalam hukum pembagian, B yang merupakan bagian dari A dapat disimpulkan sebagai benar bila A adalah benar. Misalnya, pernyataan daun berwarna hijau karena mengandung klorofil menjadi pernyataan yang benar karena klorofil memang berwarna hijau. Dalam hukum silogisme, C yang merupakan konsekuensi dari B dan B merupakan konsekuensi dari A dapat disimpulkan sebagai benar bila baik A maupun B masing-masing adalah benar. Misalkan dari proposisi A adalah tanaman diserang hama sehingga mengalami kerusakan dan proposisi B adalah kerusakan yang terjadi pada tanaman menyebabkan kehilangan hasil dapat ditarik kesimpulan C bahwa serangan hama menyebabkan kehilangan hasil sebagai kesimpulan yang benar bila baik proposisi A maupun proposisi B adalah benar. Pada hukum kontra-positif, kesimpulan C akan menjadi salah bila proposisi B yang dipengaruhi oleh proposisi A adalah salah. Misalkan proposisi A menyatakan bahwa akan ada hujan bila langit mendung dan proposisi B menyatakan bahwa langit ada mendung, maka proposisi C bahwa terjadi hukan menjadi kesimpulan yang salah. Dalam matematika, logika dioperasionalkan dengan menggunakan operator logika (logic operator), seperti tidak, dan, atau, jika, jika-maka, jika-dan-hanya-jika, dan sebagainya, masing-masing dengan makna khusus.

Statistika memformalkan penalaran induktif dengan berdasarkan pada teori peluang (probability theory), aturan Bayes (Bayes' rule), dan sebagainya. Pada dasarnya, penalaran induktif juga merupakan silogisme karena proposisi C akan bernilai benar bila dua proposisi yang mendahuluinya juga benar. Hanya saja, bila dalam penalaran deduktif kedua pernyataan yang mendahului bersifat lebih khusus, proposisi pertama dalam penalaran induktif berdifat umum. Misalnya, proposisi C bahwa padi merupakan mahluk hidup menjadi benar bila didahului dengan proposisi B bahwa padi mampu berkembang biak dan pernyataan A bahwa semua mahluk hidup mampu berkembang biak. Dalam hal ini, tentu saja yang dimaksudkan dengan statistika adalah statistika inferensial, yaitu teknik statistika yang digunakan untuk menganalisis data sampel guna mengambil kesimpulan generalisasi terhadap populasi dari mana sampel diambil. Pada ilmu-ilmu empiris seperti ilmu-ilmu pertanian pada umumnya, penalaran induktif digunakan untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa analisis statistik menjadi bagian yang sangat penting dalam penelitian. Dengan menggunakan analisis statistik, sesuatu disimpulkan sebagai benar bila peluang melakukan kesalahan dalam menolak hipotesis nol yang salah adalah kecil. Peluang kesalahan yang kecil tersebut dikenal sebagai taraf nyata (level of significance).

Pada akhirnya, menyusun proposal maupun laporan penelitian, dilakukan dengan menulis. Menulis memerlukan bahasa, entah bahasa Indonesia atau bahasa asing lainnya (terutama bahasa Inggris). Agar mampu menulis dengan baik diperlukan pengetahuan mengenai kosa kata umum maupun kosa kata teknis, pengetahuan mengenai tatabasa untuk untuk merangkai kosa kata menjadi kalimat, serta pengetahuan mengani komposisi untuk merangkai kalimat menjadi alinea dan alinea menjadi tulisan menurut alur tertentu. Untuk itu, saya memeriksa kata-kata umum yang saya gunakan di kamus bila saya kurang takin terhadap makna kata yang saya pahami. Saya juga memeriksa makna kata-kata teknis pada daftar istilah (glossary) khusus, misalnya daftar istilah metodologi penelitian, bila saya kurang memahami sitilah yang saya gunakan. Bila saya menulis dalam bahasa Inggris, saya memanfaatkan pemeriksaan ejaan (spelling check) dan tatabahasa (grammar check) yang disediakan pada program aplikasi pengolah kata (word processing) yang saya gunakan. Karena bahasa Inggis bukan merupakan bahasa ibu bagi saya, bahkan saya sering memeriksakan tulisan pada layanan pemeriksaan komposisi tulisan akademik online.

Pada akhirnya, sarana penalaran diperlukan untuk menjamin dapat dihasilkan kesimpulan penelitian yang benar. Sedangkan, apa itu sebenarnya kebenaran (truth), sejauh yang saya pernah baca, bergantung pada paradigma yang dianut dalam bidang ilmu tertentu. Dalam bidang agroteknologi, paradigma yang dominan tentu saja adalah paradigma positivisme (positivism) bahwa kebenaran harus obyektif dan bebas nilai. Tentu saja tidak semua harus sepakat mengikuti paradigma positivisme ini. Dalam ilmu-ilmu sosial sudah lama berkembang paradigma konstruktivisme (constructivism) bahwa kebenaran sebenarnya merupakan sesuatu yang dibangun oleh masyarakat secara kolektif dan peneliti seharusnya berkewajiban mengungkapkan kebenaran tersebut sesuai dengan sumbernya. Selain itu juga telah lama berkembang paradigma-paradigma lain dalam memandang kebenaran, antara lain paradigma teori kritis (critical theory) yang memandang kebenaran sebagai keberpihakan kepada yang tertindas (dalam kata-kata Max Horkheimer, "to liberate human beings from the circumstances that enslave them". Bahasan mengenai kebenaran sebenarnya merupakan materi filsafat ilmu, tetapi perlu saya singgung di sini karena pengalaman saya menunjukkan bahwa dalam mengajarkan metodologi penelitian, para dosen pada umumnya sangat berpihak pada paradigma positivisme.

Revisi belum pernah dilakukan
Creative Commons License

Untuk memahami tulisan singkat ini secara lebih tuntas, silahkan klik setiap tautan yang tersedia. Bila Anda masih mempunyai pertanyaan, silahkan sampaikan melalui kotak komentar di bawah ini.

26 komentar:

  1. Terima kasih Pak Wayan, karna dengan tulisan ini akhirnya saya mengetahui kalau penalaran dengan menggunakan logika merupakan bagian yanag sangat penting dalam kegiatan menulis, apalagi menulis tentang sebuah penelitian. Saya ingin bertanya apakah ada tips yang bisa Bapak bagikan pada kami yaitu bagamaina cara melawan rasa jenuh, malas atau lebih tepatnya ketika kehilangan ide dalam kegiatan menulis, baik itu tulisan ilmiah maupun non ilmiah? Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya harus jujur, saya juga sering menghadapi masalah rasa jenuh, malas, dan kehilangan ide ini. Leni bisa memasak? Saya senang menulis. Ibarat mempunyai pacar, mengapa kita begitu rindu bertemu, padahal orangnya yang itu-itu juga? Ketika kehilangan ide, biasanya saya alihkan dengan membaca atau 'mendengarkan' cerita kawan-kawan. Silahkan kunjungi blog gurukecil (http://iwayanmudita.blogspot.com). Ide untuk tulisan-tulisan saya pada blog tersebut banyak yang berasal dari mendengarkan cerita orang lain.

      Hapus
  2. dengan adanya tulisn ini.,dapat menambah wawasan saya dalam menulisan sutu penelitian sesuai aturana misalkan kata-kata yang baik.hal ini perlu diperhtikan karena banyak skripsi-skripsi yang biasa saya lihat itu kat-katanya atau susunan kalimatnya sangat tidak teratur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena itu Yohanes, mulai dari sekarang, mulailah belajar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Misalnya saja, mulailah menulis kalimat dimulai dengan huruf kapital (huruf besar).

      Hapus
  3. Dari tulisan ini saya dapat memahami tentang penalaran dan perannya dalam penelitian,mudah-mudahan saya tidak menjadi orang yang cape untuk berpikir.Saya juga menyadari bahwa pengetahuan saya mengenai kosa kata umum maupun kosa kata teknis, pengetahuan mengenai tatabahasa untuk merangkai kosa kata menjadi kalimat, serta pengetahuan mengani komposisi untuk merangkai kalimat menjadi alinea dan alinea menjadi tulisan menurut alur tertentu masi sangat minim.
    Ketika nanti saya menulis saya meragukan akan ada banyak koreksi dari penulisan saya karan hal tersebut dan saya ingin pelajari lebih lanjut tentang hal ini melalui blok bapa .
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bergantung juga pada siapa dosen yang membimbing. Mudah-mudahan dapat pembimbing dosen yang biasa menulis dan menguasai penggunaan Bahasa Indonesia untuk melakukan penulisan ilmiah. Kemampuan ini tidak bisa diperoleh dengan cara bersekolah tinggi, melainkan hanya dengan kemauan untuk belajar.

      Hapus
  4. Terima kasih Pak,,,karena dengan adanya tulisan ini maka saya lebih memahami tentang peran pentingnya sarana penalaran dalam penelitian, karena jujur dari dulu saya kurang berminat dan mengabaikan pelajaran bahasa indonesia karena kurang memahami tentang penggunaan kosa kata dengan baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum terlambat Maria, untuk memulai sekarang. Pada saat menulis, selalu pikirkan bagaimana penulisan kata tersebut dan apa makna setiap kata yang ditulis. Bila ragu, jangan sungkan kunjungi situs KBBI Online atau unduh buku elektronik KBBI. Silahkan kunjungi blog Sumberdaya Skripsi (http://sumberdayaskripsi.blogspot.com) lalu klik menu Bhs. Indonesia pada barisan menu sebelah atas. Halaman tersebut saya buat untuk membantu mahasiswa bimbingan saya belajar menggunakan Bahasa Indonesia.

      Hapus
  5. Terima kasih pak..
    Dari tulisan ini membuat saya mengerti bahwa dalam penelitian diperlukan sarana penalaran dengan menggunakan logika

    BalasHapus
    Balasan
    1. Novita, sarana penalaran bukan hanya logika, tetapi juga matematika, statistika, dan bahasa. Keempatnya tidak berdiri sendiri, malinkan saling berkaitan satu sama lain.

      Hapus
    2. oke Pak.Terima kasih atas informasi tambahannya.

      Hapus
  6. Dari tulisan di atas saya dapat mengetahui bagaimana berpikir secara logika, dan sangat membantu dalam membuat suatu proposal ataw penelitian yang saya lakukan, terima kasih bapak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Ryan, tetapi logika saja belum cukup. Juga diperlukan penguasaan dasar-dasar matematika, dasar-dasar statistika, dan tentu saja kemampuan untuk menulis menggunakan bahasa yang baik dan benar.

      Hapus
  7. selamat pagii pak..
    dengan adanya tulisan ini sangat membantu saya dalam mengetahui bagamana perannya dalam penelitian seperti mengunakan kosa kata yang baik dan benar dalam membuat karya ilmiah maupun proposal.

    BalasHapus
  8. Terima kasih Bapak atas tulisannya.
    Penalaran dengan menggunakan logika merupakan penalaran yang sangat diperlukan untuk melakukan penelitian. Pada akhirnya, sarana penalaran diperlukan untuk menjamin dapat dihasilkan kesimpulan penelitian yang benar.

    BalasHapus
  9. Terima kasih pak, tulisan ini membantu saya memahami pentingnya sarana penalaran dalam sebuah penelitian.

    BalasHapus
  10. Dari tulisan ini saya dapat memahami bahwa penalaran yang dilakukan dengan menggunakan logika disebut penalaran diskursif, sedangkan yang tidak menggunakan logika disebut penalaran intuitif. penalaran dengan menggunakan logika merupakan penalaran yang diperlukan untuk melakukan penelitian. karena penalaran dengan menggunakan logika tersebut terdiri atas penalaran deduktif yaitu penalaran dari khusus ke umum dan penalaran induktif penalaran dari umum ke khusus.
    terima kasih pak

    BalasHapus
  11. Terima kasih pak, dengan adanya tulisan mengenai pentingnya sarana penalaran dalam sebuah penelitian, bisa membantu saya dalam membuat sebuat tulisan dengan baik dan benar. tetapi yang ingin saya tanyakan, Mengapa sampai sekarang masih banyak orang yang masih menggunakan logika dalam membuat suatu proposal ? padahal mereka tahu bahwa dengan mengandalkan Logika saja tidak cukup dan perlu penguasaan yang cukup ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksud saya, logika merupakan dasar tetapi selain itu juga diperlukan sarana penalatan lainnya. Seperti membangun rumah, fondasi harus kokoh tetapi tentu saja rumah yang baik tidak hanya memerlukan fondasi yang kokoh. Mudah-mudahan bisa dimengerti yang saya maksudkan.

      Hapus
  12. terima kasih pak ..
    dengan adanya tulisan di atas,bahwa penalaran yang dilakukan dengan menggunakan logika disebut penalaran diskursif, sedangkan yang tidak menggunakan logika disebut penalaran intuitif serta menggunakan sistematika dalam penelitian.

    BalasHapus
  13. terima kasih pak, sebenarnya saya tidak tahu sarana penalan, setelah saya membaca bacaan pak baru saya mengerti bahwa dengan penalaran akan menghasilkan kesimpulan yang benar.

    BalasHapus
  14. Terima Kasih Pak... tulisan ini sangat membantu saya ketika akan memulai suatu penelitian nanti,sebab untuk memulai suatu penelitian kita harusberpikir apa yang akan kita pilih untuk di teliti,konsep apa yang akan saya gunakan,bagaimana hipotesis dan kesimpulannya..tulisan ini akan sangat membantu saya.

    BalasHapus
  15. Terima kasih Pak, dengan membaca tulisan ini, saya lebih mengerti akan pentingnya penalaran dalam membuat sebuah tulisan, tanpa penalaran yang baik dan benar, tanpa penalaran yang baik dan benar maka apa yang kita tulis akan sulit untuk dipahami oleh orang lain. Penelaran yang kita buat akan menjadi baik dan benar apabila secara logika, matematika, statistika dan tata bahasanya benar, oleh karena itu saya sadar bahwa saya harus banyak belajar untuk dapat membuat penalaran yang baik dan benar.

    BalasHapus
  16. Terimah kasih bapa, dari bacaan di atas membantu saya dalam melakukan penelitian dan pentingnya penalaran dalam melakukan penelitian.

    BalasHapus
  17. terima kasih...
    dengan adanya tulisan diatas, saya lebih memahami akan pentingnya penalaran dan perannya dalam sutau penelitian.

    BalasHapus

Silahkan sampaikan komentar atau pertanyaan dengan mengetikkan dalam kotak komentar.